26 Desember 2019

 Oleh: Irna yulistia
Jabatan: Sekretaris Korda PII WATI  Tanjungbalai 


 Ketertinggalan pendidikan Islam salah satunya dikarenakan oleh terjadinya penyempitan terhadap pemahaman pendidikan Islam yang hanya berkisar pada aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan jasmani.
       Saya pribadi, sangat mengkhawatirkan keadaan pendidikan islam di Zaman Milenial sekarang ini. Oleh karena itu, akan tampak adanya perbedaan dan pemisahan antara yang dianggap agama dan agama yang sakral dengan yang profan, antara dunia dan akhirat. 
  Cara pandang yang memisahkan antara yang satu dengan yang lain disebut sebagai cara pandang dikotomi. Adanya dikotomi inilah yang menjadi salah satu penyebab Ketertinggalan pendidikan islam. Hingga kini pendidikan islam masih memisahkan antar akal dan wahyu, serta fikir dan dzikir 
       Terjadinya pemilahan pemilahan antara ilmu umum dan ilmu agama inilah yang membawa ummat islam kepada keterbelakangan dan kemunduran peradaban, lantaran karena ilmu–ilmu umum dianggap sesuatu yang berada diluar islam dan berasal dari non-islam atau the other, bahkan seringkali ditentangkan antara agama dan ilmu (Dalam hal sains).
  Agama dianggap tidak ada kaitannya dengan ilmu, begitu juga ilmu dianggap tidak memeperdulikan agama. Begitulah gambaran praktik kependidikan dan aktivitas keilmuan di tanah air sekarang ini dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dan dirasakan oleh masyarakat.
         Sistem pendidikan Islam yang ada hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja. Di sisi lain, generasi muslim yang menempuh pendidikan di luar sistem pendidikan Islam hanya mendapatkan porsi kecil dalam hal pendidikan Islam atau bahkan sama sekali tidak mendapatkan ilmu-ilmu keislaman.

Adapun pemecahan problematika yang ada pada Ketertinggalan pendidikan agama islam yakni sebagai berikut:
a. Menghilangkan paradigma dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, ilmu tidak bebas nilai, tetapi bebas untuk dinilai. Itulah sebabnya diperlukan adanya pencerahan dalam mengupayakan integralisasi keilmuan.
b. Merubah pola pendidikan Islam indoktrinasi menjadi pola partisipatif antara guru dan murid. Pola ini memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis, optimis, dinamis, inovatif, memberikan alasan-alasan yang logis, bahkan siswa dapat pula mengkritisi pendapat guru jika terdapat kesalahan. 
c. Merubah paradigma ideologis menjadi paradigma ilmiah yang berpijak pada wahyu Allah SWT. Sebab, paradigma ideologis ini karena otoritasnya dapat mengikat kebebasan tradisi ilmiah, kreatif, terbuka, dan dinamis. Praktis paradigma ideologis tidak memberikan ruang gerak pada penalaran atau pemikiran bebas bertanggung jawab secara argumentatif. 
d. Konsekuensi yang lain adalah merubah pendekatan dari pendekatan teoritis atau konseptual pada pendekatan kontekstual atau aplikatif. Dari sini pendidikan Islam harus menyediakan berbagai media penunjang untuk mencapai hasil pendidikan yang diharapkan. Menurut perspektif Islam bahwa media pendidikan Islam adalah seluruh alam semesta atau seluruh ciptaan Allah SWT. Sabda Rasulullah Saw. yang artinya “berpikirlah kamu sekalian tentang makhluk ciptaan Allah, jangan kamu berpikir tentang Allah, sesungguhnya kalian tidak akan mampu memikirkan-Nya.” (HR.Abu Syekh dari Ibn Abbas). 

Editor : Ikal
Posted by Pw PII Sumut on 15.00 in     No comments »

0 komentar :