28 September 2019


Oleh: Muhammad Khatami 
Kabid PPO PW PII SUMUT PERIODE 2017-2019 

Manusia merupakan makhluk sosial. pada hakikatnya manusia akan senantiasaa disertai dorongan untuk terus berinteraksi dengan manusia lain,itulah mengapa manusia dijuluki sebagai humain sosiality (makhluk sosial). Jika ditafsirkan secara sosiologis manusia tidak akan mungkin dapat bertahan hidup tanpa adanya interaksi dengan manusia lain,artinya manusia pada fitrahnya senantiasa memiliki sifat sosial.

Menurut Socrates (filsuf yunani) manusia dapat juga dijuluki sebagai makhluk HOMO HOMINI NUFUS artinya manusia berbulu serigala,paradigma Socrates mengatakan manusia tak ubah seperti seekor serigala yang senantiasa memiliki dorongan nafsu yang sulit untuk dikendalikan serta menghalalkan berbagai cara untuk mencapai suatu tujuan. Dengan nafsu manusia dapat hancur dan dengan nafsu jugalah manusia termotivasi sehingga  terus berusaha menggpai sesuatu yang dicita-citakan. 

Mahasiswa merupakan sepenggal gelar yang berasal dari  dua kata dasar yakni “MAHA” dan “SISWA”. Maha biasanya ditafsirkan sebagai paling tinggi atau segala sesuatu yang melampaui artinya tidak ada yang dapat menandingi sesuatu apapun,sebab posisi kata “maha” diartikan untuk segala sesuatu yang paling tinggi dan tiada tara.

Sedangkan “Siswa” diterjemahkan sebagai kumpulan orang-orang yang akan atau sedang belajar dan berada pada satu tempat secara formal. Dalam hal ini disebut pendidikan formal yang mana tempat dari pembelajaran formal ini biasanya sering dikenal dengan sebutan sekolah, kampus atau tempat kursus.

Maka dapat disimpulkan makna dari kedua kata ini yakni MAHASISWA merupakan sepenggal gelar yang disematkan kepada seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang telah menjajaki dunia pendidikan formal sebagai siswa selama 12 tahun dan dalam hal ini gelar tersebut didapatkan ketika berada dibangku kuliah/kampus.

Pada hakikatnya mahasiswa memiliki peran yang berbeda dibandingkan dengan siswa. Jika siswa disematkan kepada mereka yang memiliki beban moril dan tanggung jawab memanfaatkan usia belia untuk belajar secara penuh. Maka mahasiswa memiliki beban moril dan tanggung jawab yang sama pula dan disertai dengan beban-beban menuntaskan atau meringankan masalah-masalah sosial yang terjadi.

Secara beban dan tanggung jawab antara siswa dan mahasiswa jelas berbeda,namun dengan perbedaan itu lantas bukan berarti tidak menjadi sebuah permasalahan. Justru ini menjadi sebuah permasalahan besar dalam wajah pendidikan di Indonesia hari ini yang mana para mahasiswa kini tidak menyadari tugas dan fungsinya sebagai mahasiswa, yang seharusnya berada digarda terdepan meringankan atau menunantaskan permasalahan yang terjadi di masyarakat. 

Mereka terlalu nyaman dengan gelar dan tanggung jawab yang disandang sebagai siswa yang selama ini telah digeluti dalam waktu 12 tahun. hal ini penulis utarakan disebabkan karena mahasiswa hari ini lebih banyak mengedepankan dan memprioritaskan nilai IPK yang tinggi. Dan ini dilakukan dengan menghalalkan berbagai cara guna menghasilkan IPK yang sempurna dan sesuai keinginan hati.

Adapun semua itu tak lain dan tak bukan merupakan satu dorongan motivasi yang berorientasi kepada tercapainya kesuksesan dalam dunia kerja. Mayoritas mahasiswa hari ini dihantui oleh tuntutan nilai yang baik dan sempurna guna mendapatkan kerja yang layak dengan gaji yang mahal. Hal ini seakan-akan menjadi satu monmok yang mengakar dalam fikiran setiap mahasiswa sehingga tujuan mereka berkuliah hari ini adalah bagaimana menapaki karir yang gemilang kedepannyan dengan IPK yang tinggi dan sempurna.

Atas dasar dorongan itu membuat mayoritas mahasiswa hari ini sibuk berlomba-lomba belajar segiat mungkin guna mendapatkan sebuah nilai terlulis yakni IPK yang tinggi dan terlampir diijazah kemudian mengabaikan permasalahan sosial hari ini. Roky Gerung mengatakan “Ijazah merupakan sebuah tanda seseorang pernah bersekolah atau berkuliah tapi bukan sebuah tanda yang menunjuki seseorang pernah berfikir”. Kata-kata ini sontak menghentak batin dan fikiran bagi orang-orang yang berfikir. Seakan-akan orientasi yang selama ini dibangun dan mengakar dalam fikiran mahasiswa seketika diruntuhkan oleh paradigma seorang Roky Gerung.

Terlepas dari itu semua, kembali pada persoalan yang terjadi hari ini. Menurut hemat penulis dengan sibuknya mahasiwa hari ini mengejar IPK yang tinggi dan sempurna, semuanya tak lepas dari perbuatan-perbuatan curang hal ini terlihat dari maraknya aksi contek-menyontek ketika menghadapi masa ujian, adanya copy paste dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah berupa makalah, artikel, jurnal dan lain-lain yang diberikan oleh dosen dan ini merupakan sebuah pelanggaran perbuatan kejahatan berat dalam intelektualitas.

Penulis berpandangan semua masalah yang diutarakan tak lepas juga pengaruh dari tenaga pendidik (dosen/guru) atau lembaga pendidikan perguruan tinggi yang turut andil dalam sumbangsih terjadinya fenomena aksi contek menyontek, copy paste dan sejenisnya, sebab sistem pendidikan hari ini menuntut mahasiswa mengerjakan tugas-tugas yang cukup berat sedangkan sumber daya manusia (SDM) kita hari ini tidak semuanya mampu mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan kemampuan pemikirannya sendiri.

Alhasil demi tercapainya keinginan dan kepuasan batin akan tingginya nilai IPK. Maka dihalalkanlah berbagai cara guna tercapainaya keinginan tersebut. Sayangnya dalam hal ini tenaga pendidik (dosen/guru) maupun perguruan tinggi dan pemerintah tidak selektif dalam mengevaluasi proses pembelajaran yang terjadi. terjadinya fenomena ini para tenaga pendidik (dosen/guru),Perguruan Tinggi dan Pemerintah merupakan yang bertanggung jawab terhadap maraknya aksi kecurangan yang telah mendarah daging dalam sistem pendidikan di Indonesia hari ini.

Adanya tuntutan IPK yang tinggi menunjukkan betapa pragmatisnya system pendidikan di Indonesia, sebagaimana telah tertuang diatas, bahwa mahasiswa seakan-akan kehilangan jati dirinya, dan mengangkap bahwa dirinya sebagai siswa yang tugasnya hanya belajar demi mendapatkan nilai yang tinggi seingga dapat berhasil masuk kesekolah favorit dan universitas ternama.

Disamping itu, dampak fenomena ini mengakibatkan timbulnya sifat “ANTI SOSIAL” dalam diri mahasiswa, sebagimana dibahas diatas tentang tugas dan fungsi mahasiswa adalah tidak hanya sedekedar belajar melainkan turut serta menuntaskan permasalahan yang terjadi dikalangan masyarakat. Dalam kasus “Mahasiwa Anti Sosial” menjukkan indikasi bahwa mahasiswa hari ini bukan lagi sebagai “Solution Maker” (Pemecah masalah) melainkan sebagai “Problem Maker” (Pembuat/Penambah Masalah).

Mahasiswa Anti Sosial yang penulis maksud adalah mahasiwa yang senantiasa memenuhi kebutuahan pribadi berupa seberkas nilai IPK yang penuh dengan hiasan angka-angka maupun huruf-huruf yang tidak mewakili kemurnian berfikir dan penuh kecurangan didalamnya. Demi mendapatkan itu semua seseorang rela menghalalkan berbagai cara demi terpenuhnya tuntutan dalam dunia pekerjaan.

Dengan kefokusaan mahasiswa hari ini mengejar nilai-nilai yang penuh dengan kebohongan, sehingga timbullah rasa apatis, individualis dan lemahnya daya kritis serta mentalitas setiap mahasiswa, dalam menghadapi dan menyikapi masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal ini terindikasikan dengan adanya keributan ditengah-tengah masyarakat belakangan ini mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil seperti peristiwa kenaikan BBM, import bahan pangan ketika musim panen sehingga harga jual pangan anjlok dan petani rugi,PHK karyawan oleh perusahaan tanpa sebab, kasus penistaan agama, kenaikan uang kuliah oleh Kemenresdikti, kasus kecurangan dalam berdemokrasi, kasus ketidak adilan dalam penegakan hukum, Kriminalisasi ulama’, kasus korupsi dan masih banyak kasus-kasus lain yang timbul dikalangan masyarakat.

Dari sekian banyaknya masalah yang terjadi, tak banyak mahasiswa yang terjun kelapangan mendampingi masyarakat dalam menuntaskan masalah-masalah itu,seharusnya mahasiswa selaku kaum muda yang intelektual dan memiliki spririt yang super power. Justru memanfaatkan kelebihannya membela rakyat dalam melawan kebijakan-kebijakan pemerintah yang kontra terhadap rakyat yang syarat akan kepentingan-kepntingan pribadi.
Dalam beberapa kasus demonstrasi yang terjadi justru yang mempimpim aksi itu adalah para kaum suci (Ustadz/Ulama’) dan kaum emak-emak. Tidak sepantasnya mereka berada digarda terdepan membela kepentingan masyarakat. Salah satu diantaranya kepentingan anda dan kita semua selaku kaum muda. Hal inilah yang penulis maksud mahasiswa bukan sebagai “Solution Maker” (Pemecah masalah) melainkan sebagai “Problem Maker” (Pembuat/Penambah Masalah).

Sebagai mana yang telah disinggung diatas manusia adalah makhluk sosial dan setiap manusia tidak akan mampu hidup tanpa adanya bantuan dari manusia lain. Untuk itu demi tercapaiannya keseimbangan social untuk kedepanya mari mahasiswa BANGKIT!!! Ingat anda hidup ditengah-tengah masyarakat dan pasti membutuhkan pertolongan masyarakat. Bagaimana anda mau ditolong oleh masyarakat, sementara anda sendiri tidak mau menolong kepentingan masyarakat.

Jangan pernah merasa bangga dengan statusmu sebagai mahasiswa, selaku colon sarjana sebab ketika kau selesai menuntaskan studimu, kau akan kembali kemasyarakat dan mengabdi kepada mereka. Mulai dari sekaranglah dilatih kepekan mu terhadap masalah-masalah sosial dan libatkanlah dirimu menuntaskan masalah yang ada. Guna melatih diri dalam hal mentalitas, kemandirian dan intelektualmu.

Manfaat dari itu semua tak lain adalah menggali potensi serta melatih kedirianmu agar dapat menghadapi masalah-maslah yang lebih besar dan menjadi Pahlawan bagi kepentingan masyarakat. Gelar sarjanamu tidak akan berguna ketika anda menutup mata dan berkhianat kepada kepentiangan rakyat. Jika anda berkhianat kepada kepentingan masyarakat berarti anda telah berkhianat kepada diri anda sendiri, sebab anda adalah bagian dari masyarakat.
Posted by Pw PII Sumut on 12.07   5 comments »

5 komentar :

Unknown mengatakan...

Kren kk
#syafii

Grazie mengatakan...

Mantapp yahh

Unknown mengatakan...

Bagus tami. Pengen deh bisa kyak gitu, setidaknya ada karya hasil sendiri😔

YZL mengatakan...

Kereeennn

Anonim mengatakan...

mantap