27 Agustus 2020

Oleh : Melisa

Sumber gambar: qureta.com


 "Bangsa yang dijajah biasanya menjadi malas karena jiwanya senantiasa dikongkong oleh pihak penjajah dan mereka ini tidak mampu membela diri karena rasa kalah telah mematahkan semangat mereka". Ibnu sina

“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” (Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia.) “ Nelson Mandela

Pendidikan merupakan ujung tombak dari suatu peradaban. Hancur lebur nya jaya dan bertahta nya negara dinilai dari  proses berjalan nya pendidikan didalam negara tersebut. Dalam sejarah peradaban manusia pendidikan adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen, menajadi bagian terpenting dalam lini kehidupan. Aktivitas ini telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi, kita akan dapatkan bahwa pendidikan telah mulai berproses semenjak Allah Subhana Wata'alaa menciptakan manusia pertama yakni Nabi Adam A'llaihissalam di surga dimana Allah telah mengajarkan kepada Beliau semua nama-nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali (QS Al Baqarah: 31-33). 
Allah memuliakan Adam atas para malaikat dengan mengajarkan nama-nama segala sesuatu yang tidak diajarkan kepada para malaikat. Hal ini sangat relevan karena Adam dan keturunannya akan menduduki jabatan sebagai khalifah (penguasa) di muka bumi sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam firman Allah pada ayat 30 : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah (penguasa) di muka bumi" . Selanjutnya kita kaji ayat 31, 32 dan 33 berikut ini :  

وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31) قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (32) قَالَ يَا آَدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (33)

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman : "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Mereka menjawab : "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Allah berfirman : "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman : "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?".

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa penting nya mempelajari ilmu sehingga dapat dikatakan bahwa ini adalah sebagai bentuk wujud keta'atan kita terhadap Allah Subhana Wata'alaa. Pemilik dari segala ilmu. Qalam Allah Subhana Wata'alaa dalam Q. S Al- alaq sebagai ayat pertama yang Allah turunkan ke bumi cukup menjadi bukti konkrit bahwa begitu pentingnya pendidikan dalam lini kehidupan. 
Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah (3) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”. (QS. Al-‘Alaq [ 96 ] : 1-5)
 Dengan ayat pertama yang turun dari Al-qur’an, seperti itulah gambaran pendidikan islam yang seharusnya.
 IQRA! – Bacalah! Metode pendidikan yang berakar dari ‘Baca’ dan sepertinya memang harus digembar-gemborkan lagi. Entah apa maksud terperinci dari ayat tersebut, yang pasti dari kebiasaan baca itulah umat islam bisa maju membangun peradaban Islam. 

Kebangkitan dalam suatu kawasan akan sangat terkait dengan terjadinya proses perubahan dalam segala aspek, termasuk dalam persoalan pendidikan. Pendidikan telah dianggap oleh banyak orang sebagai dasar perbaikan dan pembentukan watak, moral manusia. Bahkan dalam sejarah peradaban umat manusia, kecemerlangan peradaban selalu dikaitkan dengan sistem pendidikan yang menopangnya. Suatu peradaban yang agung selalu didukung oleh suatu sistem pendidikan yang agung. Ini bisa dilihat dari sejarah peradaban yunani, romawi dan islam. Lembaga pendidikan Islam (pesantren, madrasah, sekolah dan perguruan tinggi Islam) mempunyai misi penting yaitu mempersiapkan generasi muda ummat Islam untuk ikut berperan bagi pembangunan ummat dan bangsa di masa depan.

Banyak sekali buku-buku yang ditulis oleh ilmuwan cerdas umat islam yang menjadi pedoman dalam pendidikan saat ini. Namun, saat terjadi peperangan di Baghdad, buku-buku tersebut dibakar dan dibuang ke sungai oleh pasukan salib. Ini merupakan sejarah yang jarang sekali di kisahkan secara terperinci pada generasi-generadi di sekolah. Sepertinya ada yang menutupi dan mengaburkan keaslian sejarah yang sebenar-benar nya. Pendidikan tidak lagi menjadi candu, bukan lagi sebagai kebutuhan primer yang harus di prioritaskan oleh siapapun, terkhusus muda mudi sebagai regenerasi pelopor peradaban. Dan sekarang, umat islam sedang mengalami masa kemunduran dan keterpurukan. Umat islam seperti tidak punya pedoman dalam bidang pendidikan dan kehidupan. Kita lebih senang mengenal Steve Jobs hingga menonton film dokumenternya disbanding membaca kisa dan biografi Ar-Razes. 

Kita lebih dianggap gaul jika mengetahui asal mula Facebook dan penciptanya yakni Mark Zuckerberg yang berasal dari Israel dibanding mempelajari ilmu-ilmu yang ditulis oleh Al-Ghazali. Bahkan, ketika kita jatuh sakit, kita lebih percaya kepada Ilmu kedokteran yang berasal dari China dibanding percaya terhadap ilmu kedokteran ibnu sina. Ini merupakan problematika keumatan dan ke pelajaran yang jika tidak segera di revitalisasi akan berdampak buruk pada masa depan peradaban Islam kelak. Maka solusi nya adalah menjadikan Madrasah sebagai wadah pendidikan sekaligus menjadi pusat peradaban kembali, nilai-nilai agama dan ke tauhidan  menjadi dasar indikator ke tercapaian. Negara tidak lagi mengkabur kan sejarah melalui sistem terkoordir sehingga menjadi hal yang tabu untuk difahami pelajar. Biarkan mereka matang berfikir dengan nikmat akal yang telah Allah titipkan kepada setiap hamba-Nya. 

Penulis merupakan Mahasiswa KKN DR kelompok 98 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan 
Posted by Pw PII Sumut on 12.29 in     No comments »

0 komentar :