24 November 2019

Oleh : Indra Kelana


Menyikapi berita yang terjadi saat ini antara Palestina dan Israel pada jalur Gaza dan Tepi Barat, umat muslim dunia dirasa perlu dan harus tau fakta sebenarnya perihal ini.Dimulai dari hal yang fundamental sebagai pangkalnya yaitu dari segi letak geografis dan demografinya, historis awal mula perjuangan perebutan Yerusalem kota suci tiga agama yakni Islam, Kristen dan Yahudi di bumi Palestina, Pembebesan Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis oleh Muslimin, kebangkitan dan kejayaan peradaban Islam di Palestina, hingga kemunduran berakhir konflik berkepanjangan dengan Israel.

Islam adalah agama utama di Teritori Palestina. Penduduk Palestina mayoritas memeluk agama Islam, dengan Muslim terdiri dari 80-85% dari populasi Tepi Barat, termasuk Pemukim Israel,1 dan 99% dari populasi di Jalur Gaza.2 Muslim Palestina mengikuti Mazhab Syafi'i, yang merupakan cabang dari Sunni Islam.  Demografi, Palestina - Tepi Barat - 75%, Jalur Gaza - 99% , Israel - 16% .

Islam pertama kali diperkenalkan di wilayah Palestina selama awal penaklukan Islam pada abad ke-7, ketika tentara dari Jazirah Arab  di bawah Kekhalifahan Rasyidin menaklukan wilayah yang sebelumnya berada di bawah kendali Byzantium .3 Palestina mulai berada di bawah pengaruh Islam ketika ditaklukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Umar menunjukkan toleransi yang besar kepada penduduk daerah ini tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut. Umat Kristen dan Islam pun dapat hidup berdampingan karena sedari awal kedatangan kaum Muslim ke Palestina bukan membawa jiwa perang, tetapi dengan perdamaian dan kasih sayang.4.             
Islam menjadi agama mayoritas di Palestina pada abad ke-9, ketika bahasa Arab menjadi lingua franca . 5


Pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah kedamaian dan ketertiban terus terjaga di Palestina. Umat Islam juga tidak pernah memaksakan umat lain untuk memeluk Islam. Disamping itu penduduk Palestina segera mengadopsi kebudayaan Arab. Dari segi bahasa misalnya, sebelum kedatangan Islam bahasa Aramiah digunakan secara luas di Palestina. namun, setelah dikuasai Islam bahasa yang digunakan pun berganti menjadi bahasa Arab sampai saat ini.6 Sebagai hasil dari Kebangkitan kesultanan Utsmaniyah dari 1516 sampai 1917, bangsa Turki Utsmaniyah memerintah dalam sejarah Palestina. Kepemimpinan mereka diperkuat dan memastikan sentralitas dan pentingnya Islam sebagai agama dominan di wilayah ini.


Yerusalem adalah tiga dari kota suci dalam Islam setelah Mekah dan Madinah di Arab Saudi. Haram al Sharif  di Yerusalem dipercaya oleh Muslim sebagai lokasi dari di mana Nabi Muhammad Saw. naik menuju Jannah (surga). Keyakinan Islam yang diterima secara luas ini memunculkan kepentingan religius dan spiritual mereka dari Kubah Shakhrah dan Masjid Al- Aqsha yang berdekatan.


Pada 1922, Inggris menciptakan Majelis Tinggi Islam yang diperintahkan di Palestina dan menunjuk Amin Al-Husayni (1895-1974) sebagai Mufti Agung dari Yerusalem. Dewan tersebut dihapuskan pada tahun 1948. Inggris memindahkan pemerintahan Islam ke tanah Hasyimiyah yang berbasis di Yordania, dan bukan di Bani Saud. Hasyimiyah menjadi penjaga resmi tempat suci ummat Islam di Yerusalem dan daerah sekitarnya. Penjagaan sangat kuat saat Yordania menguasai Tepi Barat dan Yerusalem Timur (1948-1967). Saat ini, hanya ummat Islam yang diperbolehkan shalat di Bukit Bait Suci yang dikelola oleh Wakaf Islam, sebuah badan adminstratif yang bertanggungjawab atas pelaksanaan urusan Islam di wilayah Bukit Bait Suci.7 


Seluruh wilayah bekas jajahan Inggris yang dulu disebut Mandate of Palestine harus menjadi wilayah negara Palestina. Perjuangan kemerdekaan Palestina kini sudah berbasis pada pengakuan eksistensi Israel, yang dikenal dengan istilah two states solution. Intinya, kedua pihak saling mengakui keberadaan masing-masing sebagai negara, dengan wilayah yang batas-batasnya harus dirundingkan. Pengakuan atas hak Israel untuk wujud sudah dinyatakan oleh Yasser Arafat pada 1993 melalui sebuah surat kepada PM Israel Yitzhak Rabin.
  

Pihak Palestina tadinya berharap bahwa wilayah yang menjadi hak mereka adalah wilayah yang diperuntukkan bagi orang-orang Arab melalui Partition Plan. Usulan PBB ini tadinya ditolak oleh orang-orang Arab, sedangkan Israel menerimanya. Penolakan itu menimbulkan perang, bermula dari serbuan Mesir, Yordania, Syiria, dan Irak dengan tujuan menguasai wilayah bekas Mandat Palestina. Tapi serangan ini berhasil dipatahkan oleh Israel yang baru saja memproklamasikan kemerdekaan. Hasilnya, Israel justru menguasai wilayah yang lebih luas daripada yang diperuntukkan bagi mereka pada Partition Plan. Dalam Deklarasi Kemerdekaan Palestina tahun 1988 dinyatakan, bahwa meskipun mereka anggap tidak adil, pihak Palestina menerima Partition Plan, setidaknya hal ini memberi mereka legitimasi internasional. 
Keinginan Palestina itu ditolak oleh Israel. Mereka meminta wilayah yang ditetapkan berdasarkan perjanjian perbatasan tahun 1967, meliputi wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Inilah sekarang yang diperjuangkan oleh Palestina, yaitu hak mereka untuk berdaulat atas kedua wilayah itu. Hamas, kelompok pejuang Palestina tadinya masih kukuh menolak mengakui eksistensi Israel. Namun belakangan Hamas  memberikan sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Doha, Kepala Biro Politik Hamas Khaled Meshal pada Mei tahun ini menyatakan menerima hak Israel untuk wujud. 

Jadi, mendukung perjuangan Palestina untuk merdeka adalah mendukung kedaulatan Palestina atas wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Israel sudah menarik diri dari Jalur Gaza pada 2005. Tapi kemudian Israel memberlakukan blokade yang sangat ketat, dengan alasan untuk melindungi dari serangan teror Hamas, terutama terhadap warga sipil Israel. Sementara itu, Israel masih menduduki sebagian wilayah Tepi Barat, dan hanya membiarkan Palestine Authority mengontrol sebagian wilayah yang dikapling Israel untuk mereka.

Saat ini Gaza dengan 2 juta warganya sedang berada dimasa tersulit, kemiskinan dan kemelaratan hidup adalah pemandangan yang biasa dimana akses aliran listrik dan air yang sangat sulit karena dikendalikan Israel. Tapi umat Islam di Gaza lewat sayap militer Hamas Izzuddin al-Qassam dan Jihad Islam konsisten berjuang melawan pendudukan Israel dengan senjata. Sebuah perjuangan yang sah tentu saja, mereka melihat  tidak akan ada kemulian tanpa perlawanan. Apalagi untuk menghadapi zionis Israel yang tidak memahami bahasa apapun kecuali bahasa kekerasan senjata.

Jadi sebagai penegasan kembali, apa sebenarnya yang mereka perjuangkan? Perlawanan mereka selain untuk tetap bertahan hidup dalam kemuliaan dan membela negerinya. Dilansir dari reporter asal dari Indonesia pada Jalur Gaza bahwa Israel menawarkan kepada warga gaza, Israel akan menjadikan gaza semakmur singapura, akan membangunkan bandara luas di palestina, mendirikan pelabuhan terbaik, tapi satu permintaan kami kata Israel,  “ Tanggalkan senjata kalian warga gaza, Kami akan angkat blokade, kami akan membuat kalian kaya” , tapi tegas warga Gaza menjawab "TIDAK!!" . Karena warga gaza tau yang sedang mereka perjuangkan adalah harga diri dan kehormatan ummat Islam dunia demi menghidupkan cita-cita pembebasan Al-Aqsha di Yerussalem. Inilah yang harus diperjuangkan, Israel harus mundur total dari kedua wilayah itu, menghapuskan seluruh pemukiman yang mereka bangun di Tepi Barat, dan mengakhiri blokade terhadap Jalur Gaza. Pendudukan atas Tepi Barat dan blokade terhadap Gaza, itulah wujud penjajahan Israel sekarang yang harus diakhiri.

 “Andai perjuangan ini mudah, pasti ramai yang menyertainya.  Andai perjuangan ini singkat pasti ramai yang istiqomah. Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia, pasti ramai yang tertarik padanya. Tapi hakekat perjuangan bukan begitu. Turun naiknya, sakit pedihnya, umpama kemanisan yang tak terhingga.” - Hasan Al-Banna -


[1] West Bank CIA Factbook
[2] Gaza Strip CIA Factbook
[3] A Concise History of Islam and Arab, MidEastWeb.org
[4] Kumoro, Bawono (2009). Hamas: Ikon Perlawanan Islam terhadap Zionisme Israel. Bandung: Mizan. hlm. 31. ISBN 978-979-433-550-5
[5] Mark A. Tessler, A History of the Israeli-Palestinian conflict, Indiana University Press, 1994, ISBN 0-253-20873-4, M1 Google Print, p. 70
[6] Kumoro, Bawono (2009). Hamas: Ikon Perlawanan Islam terhadap Zionisme Israel. Bandung: Mizan. hlm. 33–34. ISBN 978-979-433-550-5
[7] From the article on Islam in Palestine and Israel in Oxford Islamic Studies Online
Posted by Pw PII Sumut on 01.05 in     No comments »

0 komentar :