15 April 2014


Mimar Sinan, Arsitek Handal Di Akhir Kejayaan Islam

KELAHIRAN MIMAM SINAN, ARSITEKTUR HANDAL DI AKHIR KEJAYAAN ISLAM

Kerajaan Usmani Turki mewariskan begitu banyak karya arsitektur bersejarah. Masjid, gedung, sekolah hingga jembatan yang dibangun pada era kejayaan Usmani pada abad ke-16 M itu menjadi saksi bahwa Islam menguasai bidang arsitektur dan sudah memiliki arsitek-arsitek ulung.

Sederet bangunan bersejarah warisan Daulah Usmani itu tercatat merupakan karya Mimar Sinan (1489 M - 1588 M). Dialah arsitek Muslim termasyhur abad ke-16 M. Setengah abad masa hidupnya diabdikan untuk dunia arsitektur Islam. Selama masa hidupnya, tak kurang dari 476 struktur arsitektur telah diciptakan Sinan.

Tak heran, jika sejarawan arsitektur terkemuka dari Washington State University, Henry Matthews, mengagumi kehebatan Sinan. Menurut dia, arsitek Muslim dari Turki itu sebanding kehebatannya dengan arsitek terkemuka asal Italia mulai dari Brunelleschi hingga Michelangelo. Sinan merupakan arsitek terhebat pada periode klasik.
Sinan merupakan arsitek kepala dan insinyur teknik sipil pada kesultanan Usmani mulai dari 1538 hingga 1588 M. Dia mendedikasikan dirinya untuk membangun kota Istanbul di bawah empat era kepemimpinan sultan, yakni: Salim I, Sulaiman I, Salim II, dan Murad III.

Selama empat periode kepemimpinan para penguasa itu, Sinan bertanggung jawab untuk membangun dan mengawasi setiap pembangunan di Kesultanan Ottoman. Masjid Salim di Edirne serta Masjid Sulaiman di Istanbul merupakan masterpeice sang arsitek ulung. Sinan juga banyak mendidik dan membina arsitek terkemuka, salah satunya Sedefhar Mehmet Aga - arsitek Masjid Sultan Ahmad.

Kehebatan Sinan tak cuma sekedar mitos. Di perpustakaan Istana Topkapi, tiga catatan singkat kisah kehebatan Sinan masih tersimpan. Dalam catatan itu, Sinan berkisah kepada temannya Mustafa Sai tentang sejarah masa kecil serta karirnya di dunia militer.

Menurut dokumen itu, Mimar terlahir pada 15 April 1489 M di sebuah kota bernama Agirnas (sekarang Mimarsinakoy) terletak di Anatolia - dekat Kayseri sebuah provinsi yang dikuasai Sultan Salim II. Saat lahir, dia menganut agama Kristen. Salah satu impian Sinan muda adalah bersekolah di Imperial Enderun College yang terdapat di Istana Topkopi.

Namun, cita-citanya itu tak pernah kesampaian, karena Sinan tak diterima di sekolah itu. Semangat belajarnya yang begitu tinggi mengantarkannya ke Ibrahim Pasha School yang dikelola Grand Vizier Ibrahim Pasa. Kemungkinan, dia memeluk agama Islam dan mendapat nama Sinan saat studi di sekolah itu.

Awalnya dia menimba ilmu perkayuan dan matematika. Otaknya yang encer serta ambisinya yang besar membuatnya dipercaya sebagai asisten seorang asisten terkemuka. Dari arsitek itulah, dia banyak menimba ilmu. Berbilang tiga tahun, dia telah menjadi seorang insinyur arsitektur yang berbakat dan terampil.

Pada saat yang bersamaan, Sinan mengikuti latihan wajib militer di Kesultanan Usmani selama enam tahun. Dia lalu bergabung dalam Korps Janissary. Menurut beberapa sumber, Sinan menyaksikan peristiwa penaklukkan Belgrade oleh Usmani Turki. Dalam perang Mohak, Sinan menjadi anggota kavaleri.

Sinan lalu dipromosikan menjadi kapten pengawal istana. Tak lama kemudian, dia memimpin korps infanteri perwira. Lalu dia ditugaskan di Austria untuk memimpin pasukan. Sinan pun sangat mahir menembakkan meriam. Sebagai seorang yang juga menguasai arsitektur, dalam menembak Sinan mempelajari struktur terlemah untuk meruntuhkan sebuah bangunan.

Pada 1535 M, Sinan ikut serta ke Baghdad sebagai komandan pasukan istana. Dua tahun kemudian, dia juga bergabung dalam ekspedisi ke Corfu, Apulia hingga ke Moldavia. Selama masa ekspedisi militer itu Sinan tak hanya dikenal sebagai penembak jitu, namun juga seorang arsitek yang terampil dan ahli.

Saat pasukan Usmani menguasai Kairo, Sinan dipromosikan sebagai pimpinan arsitek. Dia diberi hak khusus untuk merobohkan bangunan-bangunan di kota yang ditaklukan - tentunya yang tak sesuai dengan rencana kota. Saat bertugas di Timur, Sinan ikut membangun benteng pertahanan dan jembatan. Salah satunya jembatan menuju Danube.

Sinan juga begitu ahli mengubah arsitektur gejera menjadi masjid. Bahkan, pada 1535 M, dia sempat membuatkan kapal untuk tentara dan pasukan meriam yang akan melintasi Danau Van. Ketika Aelebi Latfi Pasha menjadi Grand Vizier pada 1539 M, Sinan diangkat menjadi arsitek di Istanbul. Inilah awal kariernya sebagai arsitek sebenarnya.

Tugas utama yang harus diembannya adalah mengawasi pembangunan dan masuknya barang-barang di Kesultanan Usmani. Selain itu, Sinan juga bertanggung jawab untuk mendesain dan membangun sarana publik seperti, jalan, irigasi atau saluran air, dan jembatan. Kewenangannya semakin besar setelah diangkat menjadi Ketua arsitek istana.

Di awal kariernya sebagai arsitek, Sinan banyak berhubungan dengan pembangunan arsitektur kubah tradisional. Sebagai seorang tentara sekaligus, pendekatan arsitekturnya lebih pada sudut pandang empiris dibandingkan teoritis. Dia lalu mulai bereksperimen dengan desain dan teknik struktur kubah tunggal dan banyak kubah.

Sinan mencoba menghasilkan sebuah geometri baru yang murni, sebuah rasionalitas dan integritas spasial dalam desain dan struktur masjid. Lewat upaya itu, dia menunjukkan kreativitas dan harapannya untuk menciptakan sebuah kesatuan ruang yang jelas. Sejak itu, Sinan juga mulai mengembangkan serangkaian kubah yang bervariasi.

Kubah dan lengkungan yang didesain membengkok. Namun, dia menghindari elemen-elemen curvilinear dalam desainnya. Sinan lebih memilih mengubah lingkaran kubah ke dalam sebuah segi-empat , persegi enam, atau sistem persegi delapan. Sinan memang dikenal amat jenius dalam mengorganisasi ruang dan penciptaan resolusi tegangan lewat desain. Sinan tutup usia pada 17 Juli 1588 M


posted by asha
Posted by Pw PII Sumut on 00.00 in , ,     No comments »

0 komentar :