25 April 2014


Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)


          Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi1.9 juta mil persegi,
Lima pulau besar di Indonesia adalah : Sumatera dengan luas 473.606 km persegi, Jawa dengan luas 132.107 km persegi, Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan luas 539.460 km persegi, Sulawesi dengan luas 189.216 km persegi, dan Papua dengan luas 421.981 km persegi.

  
 Tak heran jika dengan luas wilayah teritorial yang begitu luas ada terjadinya upaya pemisahan diri seperti Gerakan Republik Maluku Selatan dipelopori oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil (Mantan jaksa Agung Negara Indonesia Timur) dibantu oleh Manusama. Soumokil tidak setuju atas terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, ia sendiri tidak menyetujui penggabungan daerah-daerah negara indonesia timur menjadi wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Ia berusaha melepaskan wilayah Maluku tengah dari NIT (Negara Indonesia Timur) yang menjadi bagian dari RIS. Manusama menghasut para rajapati (kepala desa) untuk setuju mendirikan RMS, melalui rapat umum dikota Ambon tanggal 18 April 1950.
              Kemudian, pada tanggal 25 april 1950, Soumokil memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan. Berita berdirinya RMS itu tentu merupakan suatu ancaman bagi keutuhan Negara Republik Indonesia Serikat. Untuk mengatasi gerakan itu, pemerintah RIS menempuh cara damai dengan mengirim Dr. J Leimena. Namun, misi itu ditolak oleh Soumokil.

            Ketika jalan damai tidak menghasilkan apa-apa, pemerintah RIS memutuskan untuk melaksanakan ekspedisi militer. Pimpinan ekspedisi adalah Kolonel A.E. Kawilarang (Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur). Melalui ekspedisi militer itu secara perlahan wilayah-wilayah gerakan RMS berhasil dikuasai kembali oleh pasukan APRIS. Bebebrapa anggotanya melarikan diri ke negeri belanda. Gerakan RMS berhasil diatasi sehingga keamanan diwilayah maluku Tengah pulih kembali.

Dan kini timbulah sebuah pertanyaan yang melintas di benak kita masing-masing dengan bersandar terhadap kondisi sosial, politik dan ekonomi Indonesia saat ini yang begitu semeraut dan sangat tidak menjanjikan dalam mensejahterakan segenap rakyatnya

1. Apakah semangat gerakan Republik Maluku Selatan masih ada pada rakyat maluku?
2. Mungkinkah ada kaitanya usaha kemerdekaan maluku dengan usaha kemerdekaan Aceh dan Papua?
3. Adakah gerakan pemisahan diri dari Indonesia oleh daerah lainya?



posted by asha
Posted by Pw PII Sumut on 01.31 in , ,     No comments »

0 komentar :