Ketum PD PII Sergai 2005-2006
“Na’udzubillahi min dzalik. Nastaghfirullah’azhim. La haula wa la quwwata illa billah. Hanya kepada-Mu Ya Allah, kami menyerahkan segala urusan. Dan daya upaya kami untuk mendidik dan mengarahkan anak-anak kami hanyalah ikhtiar insaniyyah yang amat sangat lemah. Engkaulah pemilik dan penggenggam keagungan kemuliaan. Pancarkan nur suci-Mu dalam hati anak-anak kami. Jadikanlah mereka dalam barisan generasi Qur’ani yang Engkau ridhoi, dan jauhkanlah mereka dari kesesatan generasi setani yang Engkau murkai. Wallahu musdta’an allahuma aamiin…”
Terdapat dua profil generasi yang saling berlawanan, yaitu : generasi Rabbani (jiilul-qur’an) dan generasi setan (jillusy-syaithan).Tak ada orang tua di manapun yang menghendaki anak-anaknya menjadi jillusy-syaithan. Semua orang tua bercita-cita agar anak-anaknya menjadi generasi shaleh yang memiliki budi pekerti mulia yang menyejukkan mata. Namun membentuk generasi Qur’ani bukanlah perkara mudah. Kesungguhan tekad para orang tua dan pendidik, serta keikhlasan dan kesabaran mendidik anak dengan Islam merupakan pegangan yang kokoh bagi terwujudnya jillul-qur’an. Ditambah dengan doa kepasrahan kepada Allah SWT agar senantiasa memayungi kehidupan anak-anak kita dengan hidayah-Nya, niscaya jillul-qur’an akan nyata di depan mata, menghembuskan aroma surga di dalam keluarga, dan menjadikan dunia merekah laksana indahnya jannah. Namun juga perlu kita sadari, bahwa setan juga tidak mau kalah dalam rangka menjerumuskan manusia untuk menjadi pengikutnya sampai kapanpun. Setan pasti tak ingin jillul-qur’an berkembang di muka bumi ini.
Seperti firman Allah SWT yang artinya : “Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan menuruti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kerugian.” (QS.Maryam(19):59)
Dalam ayat tersebut Allah memberikan gambaran karakteristik generasi setan yang kini kian merajalela, yakni : menyia-nyiakan shalat (adha’ush shalah) atau juga lupa dalam hal waktu (adha’ul mawaqit), dan mengikuti hawa nafsu (ittaba’usy syahawat). Setelah seseorang menyia-nyiakan shalat, maka sudah dapat dipastikan bahwa hawa nafsu akan menguasai dirinya. Ia tidak akan mengindahkan hukum halal-haram – pahala-dosa karena tali telah putus, dan hawa nafsu akan membawa pada kesesatan. Allah telah menegaskan : “ …Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku…” (QS.Yusuf(12):53)
Panji-panji kesesatan, antara lain : meninggalkan shalat, narkoba, freesex, durhaka pada orang tua, dsb.
Seorang ahli hikmah mengatakan, “Bergegaslah mendidik anak-anakmu sebelum kesibukanmu bertumpuk-tumpuk. Sebab jika telah dewasa dan tidak berakhlak, maka ia justru akan lebih memusingkan pikiranmu.”
Tiga pilar mendidik generasi:
1)Shalat. Jika anak sudah bisa membedakan kanan dan kiri, perintahkanlah anak untuk shalat;
2)Masjid. Jika anak sudah bisa membedakan rumah dan masjid, perintahkanlah anak untuk menyukai dan mengingat masjid;
1 komentar :
Ajarkan juga anak untuk selalu bersyukur dalam suka dan duka....dan Ingat yang lebih utama sebenarnya adalah kita mengajarkan diri kita dan anak2 kita untuk Berbuat (Berakhlakul Karimah) dan Berfikir Baik seutuhnya....
Posting Komentar