12 Maret 2008

Sungguh saya tidak bermaksud mengultuskan apa lagi mendewadewakan seorang Ahmadinejad. Saya juga tidak berharap dan rasanya tidak mungkin mendapatkan sesuatu dari Ahmadinejad. Bukan pula karena saya tidak memiliki rasa nasionalisme sehingga merasa lebih pantas memuji pimpinan negara asing daripada mencari tokoh nasional yang yang layak dipuji dan dijadikan teladan. Sunguh saya menyadari bahwa seorang Ahmadinejad pun juga manusia biasa yang pasti punya kelemahan dan kekurangan, namun cukup banyak sisi positifnya yang patut dicontoh dan dijadikan pertimbangan dalam memilih pemimpin di negeri ini termasuk pemimpin daerah, dan mestinya juga dalam memilih Gubernur Sumatera Utara mendatang. Hanya saja, sayangnya sepanjang yang muncul, saya ragu apakah ada figur calon yang muncul yang mempunyai sifat positif seperti dimiliki Ahmadinejad. Walaupun demikian, kita berharap, para calon bisa berkaca pada kepribadian Ahmadinejad.

Meskipun tidak semua orang sependapat dan setuju dengan ucapan dan tindakannya, namun Ahmadinejad telah tampil sebagai sosok dan figur idola bagi banyak penduduk dunia, terutama masyarakat yang selama ini merasakan ketidakadilan, penindasan, penistaan, dan tidak berdaya akibat keserakahan, keangkuhan, arogansi, dan kesewenang-wenangan. Pertanyaannya adakah di antara pasangan Cagubsu kita yang berencana tampil sebagai pembela terhadap rakyat, khususnya rakyat yang selama ini merasakan ketidakadilan, penindasan, penistaan, dan ketidakberdayaan. Adakah di antara pasangan calon yang muncul memang mempunyai kehendak hati untuk melawan keserakahan, keangkuhan, arogansi, dan kesewenang-wenangan. Adakah di antara calon yang berencana dan mempunyai cara untuk menghapuskan kemiskinan dan membangun perekonomian rakyat.

Jika yang ada di hati Ahmadinejad adalah ingin menjaga harkat dan martabat bangsanya sebagaimana dia ucapkan bahwa 'bangsa Iran adalah bangsa terpelajar, bangsa beradab, bangsa yang membuat sejarah....', pertanyaannya apakah ada di antara para Cagubsu yang betul-betul berpikir, berencana, dan selama ini terlihat keinginannya untuk membuat Sumut menjadi daerah yang terbebas dari kebodohan, menjadi daerah yang beradab, dan mampu membuat sejarah. Adakah di antara calgubsu yang ada mempunyai pola pikir seperti Ahmadinejad sang revolusioner yang tetap saja berjalan, berucap, dan bertindak sesuai keyakinannya, seolah tak pernah lelah memberontak, melawan, menantang, dan berjuang membangun keadilan yang berusaha konsisten untuk memulai menerapkannya terhadap dirinya sendiri dan keluarganya. Adakah di antara Cagubsu yang mampu menjadi ikon baru yang mampu membawa perubahan dan menjadikan Sumatera Utara masuk ke dalam kehidupan yang damai dan adil sebagaimana Ahmadinejad yang mampu membawa perubahan di Iran.

Ahmadinejad adalah sosok pemimpin yang tegas tapi akrab dan bersahabat serta berjiwa besar, teliti, punya kepedulian terhadap orang lain, namun juga merupakan pemimpin yang lemah lembut, santun dan memancarkan kecerdasan, tetapi juga mampu mengayomi masyarakat dan menunjukkan ketegasan. Namun sebaliknya, saya khawatir, calon yang muncul dalam Pilgubsu mendatang adalah yang menyebar permusuhan, yang tidak berjiwa besar dengan berusaha menutupi keburukannya tapi asyik mencari kelemahan orang, yang memoles diri agar terlihat sempurna, namun berusaha memburukburukkan orang lain. Saya juga takut bahwa calon yang muncul akan bersikap tegas jika terkait dengan kepentingan orang lain, tetapi lunak jika terkait dengan masalahnya sendiri, santun dan lemah lembut jika ada maunya, namun kasar dan keras jika berada di atas kekuasaan dan berhadapan dengan pihak yang lemah.

Ahmadinejad adalah sosok yang tampak begitu kukuh, berpendirian, low profile dan hidup apa adanya, serta sangat bersahaja baik dalam sikap dan ucapannya maupun dari aspek kepribadiannya, tetapi kebersahajaannya adalah kebersahajaan yang apa adanya dan bukanlah kebersahajaan pura-pura, sebagaimana ditunjukkan oleh pemimpin yang banyak kita saksikan di negeri ini, yaitu kebersahajaan yang disengaja untuk menarik simpati rakyat dan mengharapkan dukungan masyarakat. Saya khawatir Cagubsu kita juga adalah orang yang merasa paling hebat, paling pintar, paling menguasai, paling kaya, paling alim, paling dermawan, sehingga dalam kesehariannya, apalagi menjelang pemilihan ini, 'perasaan paling' tersebut makin ditonjol-tonjolkan dan dipamer-pamerkan, sehingga kentara sekali bahwa hal tersebut adalah semu, pura-pura, rekayasa, dan terhiasi kepalsuan.

Gaya hidup yang apa adanya tergambar juga dalam senyum tulusnya dan lambaian tangan seorang Ahmadinejad yang penuh kehangatan, penuh perhatian pada semua orang, dan bahasa tubuhnya yang bersahabat adalah kesederhanaan yang melekat dalam dirinya. Karena gaya hidupnya dan kesederhanaannya, diyakini dia adalah sosok yang jujur dan bukan tipe orang yang gemar menumpuk harta kekayaan. Sebaliknya saya takut yang muncul pada adanya Cagubsu adalah sikap dan sifat yang penuh ketidakjujuran, senyum yang tidak tulus yang hanya ditujukan untuk mengambil hati pemilih, dan bahasa tubuh yang kurang bersahabat. Saya juga mengkhawatirkan bahwa ada Cagubsu senang hura-hura dan pesta, suka kemewahan, dan gemar menumpuk harta, suatu sifat yang sangat kontradiktif dengan Ahmadinejad Saat kampanye untuk menjadi presiden juga, Ahmadinejad menunjukkan kesederhanaan, ketulusan, ketiadaan rekayasa, dan paling sedikit mengeluarkan dana dalam kampanye, hal yang hampir mustahil ditemukan saat ini.

Kalaupun akhirnya dia berhasil jadi presiden, itu dia lakukan dengan menggunakan modal paling sedikit dan popularitas paling rendah. Suatu hal yang bertentangan dengan kondisi kita, yaitu para calgubsu seolah berlomba berkampanye menjadi yang paling mahal, paling mewah, dan paling meriah. Sehingga kampanye seolah menjadi lomba poster, lomba spanduk, lomba iklan, lomba kaos, dan lomba pengerahan massa, serta lomba paling banyak dana yang dimiliki. Walaupun seorang Ahmadinejad nampak bersahaja dan berpenampilan sederhana, dia bukan orang yang berpikiran pendek, berwawasan sempit, dan sekadar mencari sensasi ataupun popularitas dengan ucapan dan perbuatannya. Dia adalah orang berilmu pengetahuan dan terdidik dengan gelar Ph.D di bidang manajemen transportasi yang diterapkannya ketika menjadi Walikota Teheran.

Kita juga berharap bahwa Cagubsu yang terpilih adalah yang tidak terlalu menyukai popularitas, tidak berwawasan sempit, serta kalau mungkin orang berilmu pengetahuan, walau tidak mesti diartikan sebagai berpendidikan sangat tinggi. Selanjutnya patut juga kita bertanya, apakah ada Cagubsu yang masih mau membawa bekal makanan buatan istrinya ke kantor dan menghentikan semua fasilitas istimewa dan berlebihan sebagaimana dilakoni oleh Ahmadinejad. Walaupun tidak mesti sama dengan Ahmadinejad yang rela tidak mengambil gajinya sebagai presiden yang sesungguhnya merupakan haknya, karena dia beranggapan hal tersebut adalah milik negara dan ia hanya bertugas menjaganya, tentunya kita patut bertanya adakah Cagubsu yang tidak berkehendak hati untuk mengambil yang bukan haknya, tidak memaksakan sekian persen nilai proyek untuk dirinya, apalagi sampai menganggap uang rakyat sebagai uang pribadinya dan rumah dinas sebagai rumah pribadinya.

Jika penampilan Ahmadinejad digambarkan sering menggunakan sepatu butut, memakain jaket murahan, dan tidur di atas karpet di ruang tamunya yang juga sederhana, kita patut bertanya relakah Cagubsu kita dan keluarganya untuk tidak tampil terlalu berlebihan, tidak harus nampak mewah, dan tidur tidak harus di kasur empuk dan mau tinggal di rumah yang tidak terlalu mewah. Jika Ahmadinejad mau dan mampu bekerja lebih keras dibandingkan orang lain mulai sebelum pukul 8 pagi sampai malam hari termasuk menerima dan menampung keluhan dari rakyatnya, adakah Cagubsu kita yang mau dan berencana untuk bekerja keras dan bersungguh-sungguh serta mau menantang para bawahannya untuk bekerja sebaik-baiknya atau mundur jika tak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Jika Ahmadinejad merupakan sosok yang sangat tidak protokoler, terbuka dan bersedia bertemu dengan siapa saja serta ringan tangan dan akrab dengan siapa saja, adakah para Cagubsu kita berkenan untuk tidak selalu berada di tengah pengawalan, mudah ditemui, dan ramah terhadap siapa saja.

Ringkasnya bisakah sosok, sifat, kepribadian, ucapan, tindakan, dan kepemimpinan seorang Ahmadinejad, dapat menjadi teladan calgubsu kita sehingga jika mereka terpilih bisa menjadi pemimpin yang mampu mengambil hati rakyatnya serta mampu menjadi pemimpin yang menjaga harkat, martabat, dan kehormatan rakyat yang dipimpinnya, sehingga yang terpilih bukanlah pemimpin yang gemar menumpuk harta, yang hanya pandai berjanji dengan katakata manis, yang tidak tegas dalam memimpin, yang tidak berani mengambil keputusan, yang tidak teguh pada pendirian, dan yang tidak berani membela dan mempertahankan kehormatan serta martabat rakyat yang dipimpinnya.

Saya tidak tahu adakah figur seperti Ahmadinejad akan lahir melalui Pilgubsu yang sudah di depan mata, yaitu pimpinan yang taat pada agamanya, jujur, dan rajin, serta didukung oleh rakyat bukan karena harta dan kekayaannya yang banyak, bukan karena popularitas semata, bukan karena jaringan yang dibangunnya, serta bukan karena keturunan dan kebangsawanannya. Andalah yang menilai dan menentukannya, sayangnya saya merasa.........(anda boleh isi sendiri).


Posted by Pw PII Sumut on 20.53   No comments »

0 komentar :