Studi Kasus : Desa Tepak Kuda
Oleh : Muhammad Khatami
Tapak Kuda merupakan salah satu nama desa yang terletak disebuah daerah kekuasaan kesultanan Melayu Langkat yang tentunya menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat Melayu,Secara geografis desa ini berada dipesisir pantai timur pulau sumatra yang bersintuhan langsung dengan selat malaka,desa Tapak Kuda berada di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat,Sumatera Utara.
Tanjung Pura merupakan tanah bertuah yang dulunya menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Melayu Langkat. Salah satu bukti peninggalannya adalah berdiri megah Masjid Azizi,Sekolah Jama’iyah Mahmudiyah dan beberapa Puing-puing bangunan Istana yang masih saat ini dapat kita jumpai disekolah MAN 2 Langkat, Asrama Tahfidz Putri MAN 2 Langkat,Tambang Minyak di Pangkalan Susu,SD 4 dan SD 5 Tanjung Pura.
Selain sebagai pusat pemerintahan kesultanan melayu langkat, Tanjung Pura merupakan salah satu pusat peradaban yang penuh dengan nilai-nilai adat istiadat melayu yang menjungjung tinggi ajaran agama. Mayoritas masyarakat melayu langkat memilih Islam sebagai dasar keyakian dan pemikiran dalam kehidupannya.
Menurut sudut pandang sosiologis “Adat Istiadat” merupakan timbul dari buah fikir manusia yang diterapkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari secara berulang-ulang dan diyakini kebenarannya dalam hal ini diistilahkan dengan sebutan “BUDAYA”. dan “Ajaran Agama” berasal dari wahyu yang sumbernya dari asal muasal kebenaran yaitu “TUHAN”.
Sebagaimana telah dibahas diatas dapat disimpulkan bahwa budaya melayu yang lekat dengan ajaran Islam merupakan hasil akulturasi antara buah fikir manusia dan wahyu. Salah satu contoh budaya melayu yang sesuai dengan konsep islam adalah “Pakaian Sopan/Tertutup”. Dalam adat melayu sopan merupakan salah satu indikator keberadaban setiap orang mulai dari Ucapan,Prilaku,hingga cara berpakaian dan ini sejalan dengan perintah Al-Qur’an yang mengatur tentang etika/prilaku sopan sebagai mana terdapat dalam Al-Qur’an.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS.Al-Ahzab : 21)
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin (hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka).Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS. Al-Ahzab: 59)
Hal ini merupakan indikasi adanya korelasi (hubungan) antara Budaya Melayu dan Syari’at Islam. Sebagaimana disinggung diatas bahwa salah satu daerah kekuasaan kesultanan melayu langkat yakni Desa Tapak kuda juga turut serta membudayakan adat melayu yang dikombinasikan dengan syari’at islam. Dahulu penerapan budaya melayu dalam aktivitas keseharian masyarakat tapak kuda sangat kental didesa ini mulai dari tata bahasa yang ramah tamah,pakaian sopan/terutup,pergaulan antara laki-laki dan perempuan memiliki batasan (terjaga).
Salah satu bentuk budaya yang mulai bergeser adalah “Perkenalan Keluarga Kepada Calon Yang Hendak Menikah/Tunangan/Lamaran”. Artinya kedua belah pihak keluarga dapat saling mengenal dan akrab kepada calon menantu dan keluarganya ketika sedang maupun setelah prosesi tunangan dan pernikahan selesai. Namun,fenomena ini sangat sukar dijumpai diera sekarang sebab saat ini didesa tersebut telah banyak orang yang keluar dari nilai-nilai agama dan leluhur,Seperti saat ini tidak perlu tunangan cukup dengan “BERPACARAN” maka keluarga dan keluarga bisa saling kenal dan saling memperkenalkan satu sama lain,mirisnya kondisi ini terjadi ketika pasangan yang berpacaran ini masih berstatus sebagai “PELAJAR”.(Sumber: Tokoh Masyarakat Desa Tapak Kuda).
Dulu pacaran merupakan suatu hal yang sangat tabu terjadi ditengah-tengah masyarakat desa, mengingat Tapak Kuda merupakan tanah melayu yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius dan leluhur. Disamping itu tapak kuda merupakan daerah pelosok yang sangat susah diakses dari pusat peradaban sehingga sulit terjamah oleh pengaruh luar. Ini merupakan suatu keguncanag budaya (Culture Shock) yang menghantam nilai-nilai religius dan adat istiadat masyarakat melayu (Khususnya desa Tapak Kuda).
Meskipun secara geografis desa ini cukup terpencil dan susah diakses namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman desa ini mulai terkontaminasi suatu gerakan globalisasi yang telah merubah peradaban dunia,tentu dalam perkembangannya memiliki dampak positif maupun negatif.
Adapun dampak positif dari pengaruh globalisasi pada desa tapak kuda adalah :
Timbulnya kesadaran akan pentingnya pendidikan
Timbulnya kesadaran akan pentingnya penguasaan terhadap Teknologi Informasi
Mulai memudarnya faham konservatisme (sikap kolot/kuno/tertutup/jadul)
Memudarnya faham etnosentrisme (menganggap suku/adat istiadat/kebiasaannyalah yang paling benar) dan lain-lain
Adapun dampak negatif dari pengaruh globalisasi pada desa tapak kuda adalah :
Berkembangnya faham Pluralisme (mengganggap semuannya sama) dalam hal sosial,budaya dan politik.
Berkembangnya faham Liberalisme dalam berfikir dan berprilaku.
Maraknya penyalahgunaan narkoba dikalangan masyarakat khususnya pada usia pelajar.
Maraknya aktifitas free sex dikalangan Pemuda/I terkhusus pada usia pelajar.
Pudarnya rasa sopan santun baik lisan maupun prilaku dan lain-lain
Itulah beberapa kutipan penulis menurut hasil pengamatan dan observasinya mengenai pergeseran/keguncangan budaya (Culture Shock) yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup singkat,menurut hemat penulis dapat disimpulkan bahwa fenomena yang terjadi sebagaimana tertuang pada tulisan diatas merupakan salah satu indikator terjadinnya degradasi moral dan aqidah. Adapun hal itu dapat diantisipasi dengan kembalinya kepada ajaran agama dan leluhur.
Untuk itu semua pihak memiliki tanggung jawab atas fenomena ini guna meminimalisir terjadinnya hah-hal negatif yang justru tidak kita harapkan kedepannya.
Terkusus kedua orang tua yang memiliki beban moral yang sangat besar dalam mengarahkan anak-anaknya menjadi insan yang berguna dan bermanfaat bagi sesama,untuk itu marilah kembali kita kepada AJARAN AGAMA ISLAM karena semua fenomena itu terjadi karena hilangnya rasa kecintaan terhadap syari’at islam sehingga tidak terbudayakan syari’at itu dalam aktifitas sehari-hari. Mulai dari sekarang marilah didik anak-anak dan generasi muda, kuatkan aqidah mereka sehingga mereka mampu membentengi diri dari pengaruh asing yang dapat merugikan diri sendiri maupun masyarakat.
Pemaparan diatas merupakan satu masalah yang terjadi dikawasan yang cukup terpencil dan sulit diakses,namun dengan segala keterbatasan itu tidak membuat sulit berkembangnya pengaruh globalisasi. Justru globalisasi semakin marak, penulis berusaha mengajak para pembaca untuk membuka cakrawala imajinasi dan melihat bahwa globalisai telah berhasil merubah paradigma berpikir dan aktifitas kehidupan masyarakat diseluruh dunia tanpa terkecuali daerah terpencil sekalipun.
rongrongan globalisasi yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat hari ini, kembali penulis tegaskan bahwa tiada solusi kecuali kembali kepada penerapan ajaran islam dan leluhur dalam aktivitas kehidupn sehari-hari.
8 komentar :
Mantapp,lebih bagus lagi kalau dikembangkan tulisannya jadikan sebuah buku,past lebih kere
mantap. terus berkarya
Semngat menulis.. Jd kn sebuah buku... Insyaallah bermnfaat
Semngat menulis.. Jd kn sebuah buku... Insyaallah bermnfaat
Keren, terus sebar karyamu.jadi amal jariyah pada setiap orang yang membaca
Kren kk ,,,sebarkan terus karya mu. ,,,jadi amal jariyah pada setiap orang yg membaca😅
Ini saran dari syafii
Ketika mslh gender di angkat ke permukaan,sepertinya inilah yg merombak seluruh tatanan pendidikan thdp ank, sebab ibu yg berperan utama dlm mendidik ank2 nya, merasa bebas hrs keluar rmh dgn berbagai aktifitas, akhirnya ank2 terbengkalai, dititip ke tetangga at diserahkan ke PRT,at ke nenek yg sdh tdk berdaya. Akibatnya ketika ank mulai bergaul mrk mencari solusi dirinya di luar
Posting Komentar