24 Oktober 2014

Detik detik pelantikan Presiden terpilih Jokowi JK membuat masyarakat terbelah menjadi 2 yaitu antara yang pro terhadap pesta rakyat dan yang tidak setuju. Bagi pihak yang pro menyatakan; “ini adalah bentuk suka cita sekaligus syukuran atas terpilihnya pemimpin harapan mereka dan ini merupakan pesta kemengan rakyat karena Presiden yang terpilih adalah  berasal dari rakyat”. Di pihak yang tidak setuju menyatakan:”ini sangat atraktif  karena akan memberikan kesan dan potensi yang tidak bagus atau berlebihan terutama dihadapan pendukung Prabowo yang selisihnya tidak terlalu besar dengan Jokowi.

Sungguh disayangkan, pesta politik yang di gelar di silang monas kemarin menyisakan hal hal yang melanggar ketertiban umum dan asusila. Ini adalah produk dari politik yang di bangun jokowi JK dan orang orang yang memanfaatkanya. Ada 2 hal yang sangat menyedihkan dalam acara tersebut:
1. Banyaknya fasilitas umum yang rusak di sekitar monas (terutama taman) dan berserakanya sampah sampah di setiap sudut lapangan.
2. Ditemukanya kondom kondom berserakan di sekitar pesta rakyat tersebut. Seperti yang di duga banyak orang acara ini sebagai ajang maksiat (dugem/berzina) oleh relawan atau yang pesta malam itu.
3. Banyaknya generasi muda yang mabuk-mabukan pada acara malam pelantikan tersebut. ini terlihat banyaknya antrian untuk membeli miras pada acara tersebut.
Inilah bukti bukti kongkrit betapa Jokowi tidak mampu menciptakan suasana ke Indonesiaan dan adat ketimuran, padahal jargon REVOLUSI MENTAL sering di dengungkan. Jangan jangan itu semua untuk mengelabui masyarakat untuk memilihnya (pencitraan) dan akhirnya terbukti monas menjadi pesta sexs.
Sungguh ini sangat disayangkan. Pelantikan Jokowi bercampur dengan maksiat.
Mungkin pak Jokowi sudah melalui tahapan Revolusi Mental, akan tetapi para pendukungnya telah mengalami Distorsi Mental.



posted by asha
Posted by Pw PII Sumut on 09.00 in     No comments »

0 komentar :