Redaksi ESENSI
Melihat dinamika organisasi belakangan ini, orang yang berfikir pun
mulai mengutarakan pertanyaan. Pertanyaan yang timbul mengenai PII Wati
misalnya apakah eksistensi PII Wati sekarang masih dibutuhkan, untuk apa
PII Wati itu masih dipertahankan dalam bentuk yang otonom, kenapa
tidak disatukan saja dengan badan induk, mengapa kader PII Wati sedikit,
dan sebagainya. Berikut ini merupakan hasil diskusi untuk mengkaji
pertanyaan-pertanyaan diatas.
Secara tidak langsung, kegiatan–kegiatan di PII Wati serupa dengan
kegiatan-kegiatan di BI, lagipula ketika dibentuk pertama kali tujuan
dari PII Wati adalah mengisi kekosongan kader PII wan yang banyak di bui
(ini pun masih harus dikaji kembali). Lalu ada pula yang mengatakan
pemisahan seperti ini merupakan pengaruh dari faham feminisme.
Sekarang ini PII Wati tidak memiliki kegiatan yang populis seperti
misalnya brigade dengan kegiatan intelegennya dan BI dengan
kaderisasinya yang merupakan jantung dari kegiatan PII. Untuk PII Wati
sendiri kegiatan kursus menyulam, memasak, atau menjahit sudah bukan
lagi kegiatan yang populis. Salah satu masalah di PII Wati adalah belum
bisa mengemas kursus menjadi sesuatu yang populis. Mungkin ini salah
satu kekurangan kader PII wati yang ada di kepengurusan yang belum bisa
menyaingi akselerasi zaman yang menuntut perempuan menjadi semakin
praktis. Selain itu masalah utama yang ada di pii adalah masalah
eksistensi dan juga misi. Masih banyak kader PII di daerah atau wilayah
atau bahkan PB yang tidak paham eksistensi PII Wati dan mengapa PII
Wati itu harus ada.
PII sebagai organisasi yang sangat peduli dengan pendidikan, paham betul
bahwa fungsi pendidikan yang sebenarnya itu ada di keluarga.
Pendidikan tidak bisa hanya diserahkan pada sekolah karena sekolah pun
memiliki banyak kekurangan.
Sekarang ini sedang terjadi reduksi fungsi keluarga. Keluarga diserang
dari segala arah dengan
berbagai macam paham. Dalam kondisi ini peran
perempuan dalam keluarga sangat penting. Jika dalam suatu keluarga istri
tidak benar, bisa menyebabkan suami dan anaknya menjadi tidak benar.
Jika sang anak kelak membangun keluarga, keluarga berikutnya pun menjadi
tidak benar juga.
Sehingga terbentuklah masyarakat atau peradaban yang
tidak benar. Dari segi ini saja kita bisa menyimpulkan bahwa jika
perempuan tidak benar, bisa menghancurkan masyarakat. Maka untuk
membentuk peradaban yang benar, perempuan harus benar terlebih dahulu.
Ada yang mengatakan laki-laki pun bisa mendidik. Padahal fungsi pendidik itu lebih utama di perempuan. Jika memang lelaki juga bisa mendidik dengan kelembutan seperti perempuan, Allah yang Maha Besar tidak perlu menciptakan perempuan. Karena Allah pun bisa jika ingin mennciptakan laki-laki yang dilengkapi dengan rahim untuk melahirkan dan kemudian membesarkan.
Ada yang mengatakan laki-laki pun bisa mendidik. Padahal fungsi pendidik itu lebih utama di perempuan. Jika memang lelaki juga bisa mendidik dengan kelembutan seperti perempuan, Allah yang Maha Besar tidak perlu menciptakan perempuan. Karena Allah pun bisa jika ingin mennciptakan laki-laki yang dilengkapi dengan rahim untuk melahirkan dan kemudian membesarkan.
PII Wati berusaha membina dan menyiapkan pelajar putri untuk siap
menjadi seoarang muslimah pemimpin. Kita ingin membentuk kader muslimah
yang cerdas, sehingga dia tahu apa yang terbaik buat keluarganya. Tapi
sekarang kecerdasan hanya dinilai dari kepintaran atau jenjang sekolah
yang ditempuh, dan ini berimplikasi pada semakin banyaknya wanita karir
yang lebih mengutamakan karir daripada keluarga. Padahal kan arti cerdas
itu sendiri berkaitan dengan mengetahui sesuatu yang benar. Contohnya
saja pada zaman rasulullah, Abu Jahal sebelumnya memiliki panggilan Abu
Al Hakam atau bapak kebijakan, karena paling pintar. Tapi Al Quran
mengatakan panggilah ia dengan Abu Jahal atau bapak kebodohan karena
kebodohannya yang tidak mau menerima kebenaran,
Jika si Ibu cerdas, dia tahu bagaimana membesarkan anak. Si perempuan juga harus paham untuk apa dia menikah dan apa yang bisa dia lakukan bagi Islam. Tapi tidak ada sekolah yang membahas itu dalam kurikulumnya. Nah PII sebagai organisasi pembinaan, ketika sekolah formal tidak bisa diharapkan, disitulah PII harusnya tampil. Dalam kursus-kursus PII Wati kita ingin memasukkan konsep-konsep itu.
Jika si Ibu cerdas, dia tahu bagaimana membesarkan anak. Si perempuan juga harus paham untuk apa dia menikah dan apa yang bisa dia lakukan bagi Islam. Tapi tidak ada sekolah yang membahas itu dalam kurikulumnya. Nah PII sebagai organisasi pembinaan, ketika sekolah formal tidak bisa diharapkan, disitulah PII harusnya tampil. Dalam kursus-kursus PII Wati kita ingin memasukkan konsep-konsep itu.
Selain itu mungkin konsep kursus untuk PII Wati harus diluruskan, karena
kursus sebenarnya merupakan tambahan skill, dan ini tidak lagi berada
dalam ranah skill atau keterampilan, tetapi ideologi, idealisme yang
harusnya dimiliki setiap perempuan. Kita ingin memiliki ideologi sebagai
seorang perempuan, kita ingin membangun rumah untuk peradaban. Ini
merupakan misi PII Wati sehingga diharapkan setiap kader
menginternalisasi ide ini dan menyampaikan kepada muslimah yang lain.
Memang masih banyak yang harus dibenah, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Tetapi harapan selalu ada.
1 komentar :
Tidak dapat dinafikkan lagi fungsi strategis wanita dalam membangun peradaban, seperti yang diungkapkan diatas, karena dalam konsepsi Islam juga difahami bahwa Al Ummu Madrosah, seperti halnya kertas, Ibu lah yang memulai menorehkan tinta diatas kertas kosong anaknya.
Kaitannya dengan kaderisasi PII, aktivitas pengkaderan PII salah satunya harus mengarah ke situ.
Namun pertanyaan yang harus dijawab adalah mengapa PII Wati secara lembaga harus mengekslusifkan diri dalam pengkaderannya? Bukankah fiqihunnisa, pengelolaan rumah tangga dll juga penting untuk difahami laki-laki? Mengapa harus ada dikotomisasi kaderisasi? Mengapa tidak diintegrasikan saja dengan kaderisasi yang dilakukan BI?
Jika jaawabannya adalah karena wanita memiliki kecenderungan2 yang hanya bisa difahami oleh wanita itu sendiri, bukankah memahami"ke-spesialan wanita" itu juga penting diketahui oleh laki2?
Dimanaka posisi Korps PII Wati hari ini dalam mencapai visi PII?
Posting Komentar