*Catatan Redaksi
Setelah itu apa lagi? Pertanyaan ini sering muncul dalam obrolan-obrolan kader-kader PII (terutama yang ada di kepengurusan) setelah menyelesaikan sebuah kegiatan di daerahnya. Ya walaupun masih bisa disyukuri berarti kader-kader PII masih mau memikirkan agenda hari esok dalam melanjutkan perjuangan Pelajar Islam Indonesia (PII) dari pada tidak sama sekali (*hari ini kan banyak yang seperti itu).
Terlepas dari itu ada makna tersirat yang bisa kita tangkap dalam pertanyaan tersebut. Apa itu? Ternyata umumnya bingung mau melakukan kegiatan apa lagi agar PII tetap terus melakukan aktifitas yang bermanfaat secara berkesinambungan. Hal ini bisa didasari atas kurang pahamnya kader PII atau tidak tahu sama sekali. Akan tetapi umumnya yang terjadi adalah kekurang pedean dalam usaha (Wallahu a’lam).
Setelah itu apa lagi? Pertanyaan ini sering muncul dalam obrolan-obrolan kader-kader PII (terutama yang ada di kepengurusan) setelah menyelesaikan sebuah kegiatan di daerahnya. Ya walaupun masih bisa disyukuri berarti kader-kader PII masih mau memikirkan agenda hari esok dalam melanjutkan perjuangan Pelajar Islam Indonesia (PII) dari pada tidak sama sekali (*hari ini kan banyak yang seperti itu).
Terlepas dari itu ada makna tersirat yang bisa kita tangkap dalam pertanyaan tersebut. Apa itu? Ternyata umumnya bingung mau melakukan kegiatan apa lagi agar PII tetap terus melakukan aktifitas yang bermanfaat secara berkesinambungan. Hal ini bisa didasari atas kurang pahamnya kader PII atau tidak tahu sama sekali. Akan tetapi umumnya yang terjadi adalah kekurang pedean dalam usaha (Wallahu a’lam).
Alhamdulillah, dari segi kaderisasi wajib terutama Leadership Basic Training (LBT) mengalami intensitas yang cukup tinggi dalam dua tahun belakangan ini. Pada musim kaderisasi Juni-Agustus 2010 saja tercatat ada 9 LBT yang antara lain diselenggarakan oleh PD PII Pematang Siantar (2 kali), PD PII Binjai (2 kali), PD PII Tanjung Balai (1 kali), PD PII Serdang Bedagai (1 kali), PD PII Kota Medan (1 kali), PD PII Tanah Karo (1 kali), PD PII Langkat (1 kali).
Namun permasalahan yang muncul sering terjadi pasca kegiatan yakni lemahnya pengurus dalam menindaklanjuti kader-kader yang sudah di training. Kelemahan ini menyebabkan banyaknya kader yang tidak aktif bahkan hilang sama sekali. Sangat kita sayangkan kalau ini terjadi terus menerus. Hal ini jugalah yang sering menyebabkan estafeta kepengurusan PII sering mengalami kemandekan bahkan sampai vakum.
Sebenarnya kalau kita buka kembali hirarki sumber hukum kita, sungguh amat banyak aktifitas yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan Pelajar Islam Indonesia (PII) sebagai organisasi kebudayaan, pendidikan dan dakwah. Dalam mencapai tujuan tersebut tentu dilakukan dengan usaha-usaha yang maksimal, usaha ini tercantum dalam anggaran dasar PII antara lain :
1. Mendidik anggotanya untuk menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT
2. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk memahami, mengkaji, mengapresiasi, dan melaksanakan ajaran serta tuntunan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat
3. Mencetak kader-kader pemimpin yang memiliki pandangan hidup Islami, keluasan pandangan dunia global, dan berkribadian muslim dalam segala bidang kehidupan
4. Mendidik anggotanya untuk memiliki dan memelihara jiwa independen yang tangguh
5. Membina mental dan menumbuhkan apresiasi keilmuwan serta kebudayaan yang sesuai dengan Islam
6. Menumbuh-kembangkan semangat dan kemampuan anggota untuk mengikuti, menguasai, dan memanfaatkan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi kesejahteraan ummat manusia
7. Mengembangkan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, minat, dan bakat anggotanya
8. Membantu dalam pemenuhanan dan pengembangan minat, bakat, dan potensi masyarakat pelajar
9. Membela hak-hak dan mengatasi problematika pelajar
10. Menyelenggarakan kegiatan sosial untuk kepentingan Islam dan umat Islam serta umat manusia pada umumnya.
Usaha-usaha di atas dapat diinterpretasikan melalui berbagai macam kegiatan sederhana namun memiliki kesinambungan dan kontinuitas yang baik. Beberapa kegiatan sederhana yang dapat dilaksanakan yakni ta’lim. Ta’lim yang dimaksud bukan hanya ta’lim formal di dalam ta’dib akan tetapi juga dapat dilaksanakan dengan berbagai model yang lain, baik dalam kondisi suasana dan tempat bagaimanapun juga.
Selain itu, fokus pembinaan masjid juga bisa menjadi perhatian khusus PII. Sekitar sepuluh tahun yang lalu slogan ”back to mosque” selalu didengungkan agar PII kembali melakukan pembinaan dan memakmurkan masjid-masjid. Namun kini slogan tersebut entah dimana rimbanya, tapi tidak ada salahnya kalau slogan ”back to mosque” kembali di bangunkan karena sudah sangat banyak masjid-masjid yang menantikan kehadiran kader-kader PII untuk memakmurkannya. Minimal masjid dilingkungan rumah kader-kader PII.
Menggiatkan kembali kegiatan kreatifitas kader seperti nasyid, pidato, jurnalistik, sastra, menulis dan lain semacamnya perlu menjadi perhatian lebih demi membentuk kader-kader potensi di segala bidang. Apalagi pelajar saat ini sangat membutuhkan wadah untuk tempat menyalurkan bakatnya. Sangat disayangkan kalau PII tidak (*mungkin sengaja lupa) mengambil peran tersebut.
Sebenarnya masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kegiatan seremonial yang tidak efektif. Lebih baik mengintensifkan training, kursus dan ta’lim dari pada kegiatan-kegiatan seremonial. (*hasil survey : ±Rp. 500.000 cukup untuk pelaksanaan seminggu LBT tapi tidak cukup untuk satu hari kegiatan seremonial).
Wallahu a’lam bishowaf.
Namun permasalahan yang muncul sering terjadi pasca kegiatan yakni lemahnya pengurus dalam menindaklanjuti kader-kader yang sudah di training. Kelemahan ini menyebabkan banyaknya kader yang tidak aktif bahkan hilang sama sekali. Sangat kita sayangkan kalau ini terjadi terus menerus. Hal ini jugalah yang sering menyebabkan estafeta kepengurusan PII sering mengalami kemandekan bahkan sampai vakum.
Sebenarnya kalau kita buka kembali hirarki sumber hukum kita, sungguh amat banyak aktifitas yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan Pelajar Islam Indonesia (PII) sebagai organisasi kebudayaan, pendidikan dan dakwah. Dalam mencapai tujuan tersebut tentu dilakukan dengan usaha-usaha yang maksimal, usaha ini tercantum dalam anggaran dasar PII antara lain :
1. Mendidik anggotanya untuk menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT
2. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk memahami, mengkaji, mengapresiasi, dan melaksanakan ajaran serta tuntunan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat
3. Mencetak kader-kader pemimpin yang memiliki pandangan hidup Islami, keluasan pandangan dunia global, dan berkribadian muslim dalam segala bidang kehidupan
4. Mendidik anggotanya untuk memiliki dan memelihara jiwa independen yang tangguh
5. Membina mental dan menumbuhkan apresiasi keilmuwan serta kebudayaan yang sesuai dengan Islam
6. Menumbuh-kembangkan semangat dan kemampuan anggota untuk mengikuti, menguasai, dan memanfaatkan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi kesejahteraan ummat manusia
7. Mengembangkan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, minat, dan bakat anggotanya
8. Membantu dalam pemenuhanan dan pengembangan minat, bakat, dan potensi masyarakat pelajar
9. Membela hak-hak dan mengatasi problematika pelajar
10. Menyelenggarakan kegiatan sosial untuk kepentingan Islam dan umat Islam serta umat manusia pada umumnya.
Usaha-usaha di atas dapat diinterpretasikan melalui berbagai macam kegiatan sederhana namun memiliki kesinambungan dan kontinuitas yang baik. Beberapa kegiatan sederhana yang dapat dilaksanakan yakni ta’lim. Ta’lim yang dimaksud bukan hanya ta’lim formal di dalam ta’dib akan tetapi juga dapat dilaksanakan dengan berbagai model yang lain, baik dalam kondisi suasana dan tempat bagaimanapun juga.
Selain itu, fokus pembinaan masjid juga bisa menjadi perhatian khusus PII. Sekitar sepuluh tahun yang lalu slogan ”back to mosque” selalu didengungkan agar PII kembali melakukan pembinaan dan memakmurkan masjid-masjid. Namun kini slogan tersebut entah dimana rimbanya, tapi tidak ada salahnya kalau slogan ”back to mosque” kembali di bangunkan karena sudah sangat banyak masjid-masjid yang menantikan kehadiran kader-kader PII untuk memakmurkannya. Minimal masjid dilingkungan rumah kader-kader PII.
Menggiatkan kembali kegiatan kreatifitas kader seperti nasyid, pidato, jurnalistik, sastra, menulis dan lain semacamnya perlu menjadi perhatian lebih demi membentuk kader-kader potensi di segala bidang. Apalagi pelajar saat ini sangat membutuhkan wadah untuk tempat menyalurkan bakatnya. Sangat disayangkan kalau PII tidak (*mungkin sengaja lupa) mengambil peran tersebut.
Sebenarnya masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kegiatan seremonial yang tidak efektif. Lebih baik mengintensifkan training, kursus dan ta’lim dari pada kegiatan-kegiatan seremonial. (*hasil survey : ±Rp. 500.000 cukup untuk pelaksanaan seminggu LBT tapi tidak cukup untuk satu hari kegiatan seremonial).
Wallahu a’lam bishowaf.
0 komentar :
Posting Komentar