Kabid. Pembinaan Masyarakat Pelajar PB PII
Guru kencing Berdiri, murid Kencing Berlari
Suatu idiom yang sering kita dengar ketika ingin menyampaikan pesan bahwa apa yang dilakukan oleh seorang pendidik akan diikuti oleh murid melebihi apa yang mereka lakukan. Seorang pendidik menjadi panutan bagi anak didik mereka, apabila pendidiknya baik maka anak didiknya akan lebih baik lagi tetapi apabila pendidiknya jelek maka anak didiknya akan lebih jelek lagi.
Awal tahun 2009 ini kembali kita menyaksikan kekerasan yang dilakukan oleh pelajar dan seorang pendidik yang terekam dalam video yang diambil melalui ponsel, kekerasan yang dilakukan pelajar puteri di kupang Nusa Tenggara Timur berupa perkelahian antar gank, hal ini terjadi diakibatkan saling ejek sehingga berbuntut pada perkelahian. Para pelaku sudah diamankan oleh pihak berwajib, mereka yang melakukan perkelahian telah ditetapkan sebagai tersangka.
Kekerasan didunia pendidikan yang kedua di tahun 2009 ini adalah dilakukan seorang pendidik di sebuah sekolah di Muara Enim Sumatera Selatan yang memukul dan membanting siswanya (seperti apa yang terekam di dalam video) tindakan itu dilakukan oleh sang pendidik karena para siswanya memecahkan pot bunga yang ada didalam kelas. Walaupun sudah ada proses saling memaafkan antara siswa dan guru tersebut tetapi proses hukum tetap berjalan.
Dalil yang dikemukakan oleh sang guru adalah untuk memberikan hukuman kepada siswa-siswanya yang telah berbuat salah karena telah memecahkan pot bunga, tindakan ini sepertinya lazim dilakukan oleh guru-guru laki-laki dengan dalil memberikan hukuman atas kesalahan yang dibuat oleh siswanya.
Tindakan untuk memberikan hukuman kepada siswa secara fisik sangat beragam, dari diperintahkan untuk push up, lari keliling lapangan, dijemur hingga pemukulan, secara teori pendidikan tindakan hukuman fisik yang diberikan kepada siswa sangatlah tidak mendidik dan tidak ada hubungannya dengan dunia pendidikan, hukuman fisik tidak menjadikan siswa lebih cerdas dan mematuhi aturan yang ada tetapi merupakan suatu bentuk pembodohan bagi pelajar.
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pendidik akhirnya akan menjadi contoh para pelajar untuk juga melakukan tindakan kekerasan untuk menyelesaikan suatu masalah atau hal-hal yang menurut mereka harus diberikan hukuman, bukanlah diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan humanis.
Ditahun-tahun lalu pun kita seringkali melihat tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pelajar atau oleh pendidik, baik itu perkelahian masalah antar sekolah seperti tawuran yang terjadi tanpa ada sebab yang jelas hingga adanya geng-geng pelajar yang sering melakukan tindakan kekerasan, seperti geng NERO, yang anggotanya adalah pelajar puteri
Kenapa tindakan-tindakan kekerasan itu bisa terjadi dikalangan pelajar yang notebonenya adalah generasi bangsa yang akan mengambil alih tampuk kepemimpinan nantinya, apabila sekarang mereka sudah terbiasa dengan tindak kekerasan, kita tidak akan dapat membayangkan bagaimanan jadinya bangsa ini nantinya.
Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelajar tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba saja, pasti ada akar permasalahan, kenapa pelajar suka melakukan tindakan kekerasan, maka banyak indikasi yang di dapat, antara lain :
1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pediatrics Investigators Dimitri A. Christakis, MD, MPH dan Frederick Zimmerman, PhD, pada rumah sakit Seattle Children’s Hospital Research Institute dan University of Washington School of Medicine menyimpulkan bahwa perilaku agresi yang dilakukan anak usia remaja sangat berhubungan dengan kebiasaannya dalam menonton tayangan televisi.
Kalau berdasarkan research yang ada maka sudah sangat wajar kalau banyak pelajar melakukan tindak kekerasan karena ini berbanding dengan banyaknya tayangan televisi (film maupun sinetron) yang menayangkan tindakkan-tindakan kekerasan.
Selain tontonan melalui film, tindakan kekerasan pun dapat dilihat dari permainan-permainan melalui play station yang banyak juga menampilkan perilaku-perilaku kekerasan. Sehingga ketika telah terlalu lama disaksikan akan membentuk saraf bawah sadar pelajar untuk melakukan tindakan kekerasan yang mereka lihat.
2. Pembinaan dikeluarga yang tidak maksimal, para pelajar yang tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang lebih dari kedua orang tuanya akan mencari perhatian diluar rumah atau pelajar yang terlalu diperketat dengan aturan-aturan orang tua yang menurut mereka sangat berlebihan sehingga mengekang ekspresi diri mereka yang sedang mengalami masa-masa untuk mencari identitas diri.
Ketidak maksimalan pembinaan oleh orang tua bisa diakibatkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua dengan kerja mereka sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak mereka. Pikiran orang tua bahwa dengan memenuhi kebutuhan materi anak-anak mereka itu sudah memberikan kebahagian.
Tetapi kenyataannya pemikiran ini adalah salah, karena kebahagian seorang anak tidak hanya didapat melalui kebutuhan materi tetapi ada juga kebutuhan untuk disayangi dan kebutuhan untuk diperhatikan, ketika kasih sayang yang mereka dapatkan di keluarga hal itu dapat menular dalam pergaulannya di sekolah, anak-anak yang mendapatkan kasih sayang dari orang tua mereka, tidak akan menyukai tindakkan kekerasan.
3. Tidak optimalnya para pendidik memberikan pola pendidikan kepada para anak didiknya, ketidak optimalan ini dapat dilihat dengan tidak fokusnya para pendidik dalam mengabdikan dirinya sebagai seorang pendidik, mereka masih mengangap bahwa menjadi guru merupakan profesi atau pekerjaan an sich bukan sebagai wujud pengabdian dan pembinaan kepada generasi muda yang berasal dari panggilan jiwa. Sehingga perilaku seorang guru tidak mencerminkan sebagai seorang pendidik yang mengajak para anak didiknya untuk berbuat suatu kebaikan, sehingga wajar perilaku kekerasan sering kali dilakukan oleh seorang guru kepada anak didiknya.
Para pendidikan dimata anak didiknya bagaikan monster yang ditakuti bukan untuk dihormati, hal ini disebabkan oleh pendidik yang tidak menjadikan anak didik sebagai subjek pendidikan yang sama-sama memiliki hak dan kewajiban seperti mereka, sebagai contoh adalah perlakuan diskriminatif antara guru dan pelajar, dimana apabila pelajar melakukan kesalahan sedikit saja, seperti tidak memakai atribut sekolah yang lengkap sesuai aturan atau datang terlambat mereka pasti akan dihukum tetapi apabila itu terjadi dengan guru maka tidak ada hukuman yang diberikan oleh pihak sekolah.
4. Kebijakkan pemerintah yang tidak memihak pelajar, kebijakan yang tidak berdasarkan basic needed pelajar, seringkali kebijakkan yang dibuat hanya berdasarkan kebutuhan penguasa tanpa melihat dan melakukan survei apa kebutuhan pelajar.
Kebijakan pendidikan Indonesia, hanya menjadikan pelajar sebagai objek pendidikan, karena mereka hanya sebagai objek maka mereka harus menurut dengan semua kebijakan yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan UN, masuk sekolah lebih pagi, harus mematuhi semua aturan yang ada, sehingga ketika ia masuk kesekolah hak-hak dia sebagai seorang manusia hilang, seperti seseorang yang memasuki penjara. Apabila ia menolak maka dia bisa dihukum atau dikeluarkan dari sekolah.
Dari semua akar masalah yang ada, korban utamanya adalah tetap pelajar, mereka tetap menjadi pihak yang bersalah, semua orang menyalahkan pelajar, tanpa mau melihat akar masalahnya, Para pelaku tawuran, ditangkap oleh aparat polisi lalu diadili di pengadilan terus akan dijatuhi hukuman pidana, sama seperti para pelaku kriminal.
Selain hukuman pidana mereka juga akan mendapat hukuman dari sekolah atau dari pihak kepolisian seperti hukuman dijemur, diperintahkan untuk membuka baju sampai ada yang kepalanya di botaki dan hukuman yang paling berat yang diberikan oleh sekolah adalah berupa surat pemecatan karena sekolah tidak mau memiliki pelajar yang senang tawuran.
Sehingga tidak ada sedikitpun pihak yang mencoba membela pelajar atas apa yang mereka lakukan, dan ini menurut saya merupakan penyebab utama kenapa pelajar suka melakukan tindak kekerasan, seharusnya sekolah tidak memberhentikan pelajar-pelajar yang melakukan tindak kekerasan tetapi haruslah mereka dibina dan didik untuk tidak melakukan tindakan kekerasan.
0 komentar :
Posting Komentar